Teknik terapi dalam psikoanalisa terdiri dari enam tehnik :
1. Tetap berada pada kerangka analitik
Terapi pada jenis ini, menekankan pada tetap beradanya pada kerangka yang khas agar dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Tetap berada pada kerangka analitik yaitu mengacu pada seluruh kawasan dari faktor-faktor prosedur dan gaya. seperti misalnya keanoniman relatif pada penganalisis, diselenggarakannya pertemuan secara tetap dan konsisten dan dimulai serta diakhirinya pertemuan secara tepat waktu.
Salah satu dari sifat yang paling besar pengaruhnya dari terapi yang berorientasi pada psikoanalitik adalah bahwa kerangka yang konsisten itu sendiri sudah merupakan faktor terapeutik
2. Asosiasi bebas
Asosiasi bebas merupakan peran sentral dalam proses terapi, agar tetap terpeliharanya kegiatan terapi dalam kegiatan analitiknya. Pada tahap awal, penganalisis melakukan penjelasan akan aturan dasar dari psikoanalisis, mencakup ucapan kata-kata klien dari apa yang masuk kedalam benaknya, mau itu menyakitkan, menyedihkan, tidak penting , tidak logis atau pun tidak relevan pada ucapannya. Karena tehnik asosiasi bebas merupakan tehnik sentral maka harusnya tehnik tersebut berjalan bersama pikirannya atau pun pendapatnya dengan tanpa ada batasan dan sensor. Asosiasi bebas merupakan jalan menuju ke keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadarinya.
3. Interpretasi
Interpretasi terdiri dari apa yang dinyatakan oleh penganalisis, diterangkan dan bahkan diajarkan kepada klien arti dari perilaku yang dimanisfestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, pertentangan dan hubungan terapeutik itu sendiri.
Fungsi dari interpretasi adalah memberi peluang kepada ego untuk mengasimilasikan materi baru dan untuk mempercepat proses menguak materi diluar kesadaran selanjutnya.
Interpretasi berlandaskan penilaian terapis tentang kepribadian klien dan tentang faktor masa lampau klien yang mana yang ikut menjadi penyebab terjadinya kesulitan-kesulitan yang dialaminya sekarang. Terapis menggunakan reaksi klien sebagai tolak ukur. Aturan yang umum adalah bahwa interpretasi seharusnya dikemukakan manakala fenomena yang akan diinterpretasikan sudah hampir diketahui oleh klien bahwa ia ada dalam alam kesadaran.
4. Analisis mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur penting untuk bisa mengungkapkan materi yang tidak disadari dan untuk bisa memberi klien suatu wawasan ke dalam kawasan problema yang tak terselesaikan. Freud melihat mimpi sebagai jalan menuju alam tidak sadar, karena di alam mimpi itu keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan serta rasa takut yang semuanya tidak disadari dikemukakan.
Mimpi mengandung isis dua tingkat :
a. Isi laten : terdiri dari motifyang tersembunyi, simbolis dan motif, keinginan dan rasa takut yang tak tersadari.
b. Isi manifes : yang lebih bisa diterima, yaitu berwujud mimpi seperti yang dialami orang.
Proses ditransformasikannya isi laten ke isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas terapis adalah menguak makna yang terselubung itu dengan jalan mempelajari lambang-lambang yang terdapat dalam isi manifes dari mimpi itu. selama sesi terapis mungkin akan meminta klien berasosiasi bebas terhadap beberapa aspek dari isi manifes dari mimpi itu dengan maksud bisa menguak makna latennya.
Menurut Caligor (1978), tren dalam praktek klinik selama ini adalah beranjak dari penekanan freud paada isi laten ke fokus yang utama pada isi manifes dan pengalamannyadalam mimpi itu termasuk memandang mimpi sebagai pantulan dari kepribadian klien.mimpi bukan hanya sekedar berfungsi sebagai jalan untuk mengekang materi, melainkan bisa membuat orang memahami berfungsinya si klien pada saat itu.
5. Analisis dan interpretasi pada saat menentang
Sifat menentang suatu konsep yang fundamental pada praktek psikoanalisis, adalah segala sesuatu yang kerjanya menentang kemajuan terapi dan membuat klien tidak bisa mengeluarkan materi yang sebelumnya tidak ada dalam alam kesadaran.
Terapi analitik sifat menentang adalah keengganan klien untuk membawa kepermukaan alam kesadaran materi dialam tidak sadar yang selama ini dikekang. Freud memandang sifat menentang sebagai dinamika ketidaksadaran yang digunakan orang untuk mengulangi kecemasan yang tidak tertahankan, yang kemungkinan akan datang kalau ia menjadi sadar akan implus dan perasaan mereka yang selama ini telah dikekang.
6. Analisis dan interpretasi pada transferensi
Transferensi memanifestasikan diri di proses terapeutik pada tempat dimana hubungan klien sebelumnya memberikan andilnya pada perbuatan yang mengacau terhadap keadaan dimasa kini. Lewat hubungan dengan terapis, klien mengungkapkan perasaan, keyakinan, dan keinginan yang selama ini terkubur dialam tidak sadar mereka. Dalam analisis transferensi memberi peluang kepada klien untuk mendapatkan wawasan tentang pengaruh masa lampau pada fungsi perilaku mereka sekarang.
Tehnik menurut aliran Humanistik
Fokus bergeser dari teknik terapeutik kekualitas ,kepercayaan, dan sikap pribadi terapis dan diarahkan pada hubungan dengan klien.Tekniknya adalah mendengarkan, menerima, menghormati, memahami dan berbagi. Tehniknya harus ungkapan yang jujur dari terapinya: teknik-teknik itu tidak bisa digunakan berdasarkan kepuasan diri, oleh karena itu dengan demikian konselor itu tidak asli.
Dapus :
Corey, G.(1995).Theory And Practice Of Counseling And Psychotherapy.Semarang:IKIP Semarang Press.